Bandung, erasumbu.con,- Persoalan ketahanan pangan dan kerusakan lingkungan di kawasan desa akibat eksploitasi lahan untuk tanaman sayur mayur, menjadi masalah serius. Upaya solutif harus dicari agar masalah ini bisa diatasi.
Untuk itulah, Masyarakat Tani Kota (Matakota), lembaga swadaya masyarakat yang mulai mensosialisasikan program gerakan tani kota melalui program Tani Kota Irit Lahan (Takolan).
“Kami memiliki program Tani Kota Irit Lahan (Takolan), yakni memaksimalkan lahan yang terbatas tetapi mudah ditanami, cepat, dan tidak membutuhkan keahlian. Terlebih lagi, bisa meraih keuntungan cukup lumayan,” kata Pembina Matakota Indonesia, Daud Yusuf di Sekretariat Jln. Raya Pangalengan, Cimaung, Kab. Bandung, awal pekan ini.
Menurut Daud, pihaknya sudah 5 tahun mengembangkan program ini dengan instalasi yang sederhana. Tidak seperti sistem hidroponik, sistem tanam Takolan ini lebih sederhana dan irit biaya.
“Takolan ini meminimalisasi lahan dan biaya tetapi hasil maksimal dan menjadi pendapatan bagi warga,” ujarnya.
Menurut Daud, program Takolan tersebut dengan menggunakan barang-barang yang sudah tidak terpakai, seperti ember, busa, instalasi pipa, dan besi rangka. Satu meter lahan, bisa memiliki 6 pot dengan sistem tangga. “Biaya awal sudah cukup untuk selamanya. Ini sudah lima tahun masih digunakan,” kata Daud memperlihatkan instalasi Takolan.
Daud mengaku, program Takolan ini merupakan kegelisahan dirinya dan orang-orang yang tinggal di desa. Lahan bukit menjadi gundul karena terpaksa dipakai untuk lahan sayur mayur. Padahal peruntukan lahan tersebut untuk pohon besar dan kuat agar menjaga ekologi tanah.
“Para petani di desa ini menanam sayur karena permintaan orang kota. Akhirnya tercetus untuk memotong pasokan dilakukan secara mandiri oleh orang kota, maka lahirlah program Takolan ini,” papar Daud.
Sementara itu, Ketua Matakota Budi Rachmat akan mensosialisasikan program ini di kawasan Kota Bandung padat penduduk. Menurutnya, program ini sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan yang menjadi isu global saat ini.
“Kita mengajak agar warga kota bisa ikut terlibat program tani kota irit lahan atau Takolan. Bahkan lahan-lahan kosong bisa dimanfaatkan agar tercipta kemandirian warga,” katanya.
Dampak dari program ini, lanjut Budi, siapa saja bertani, tanpa perlu ilmu pertanian, minim keterampilan, minim biaya, tetapi bisa memenuhi kebutuhan sendiri bahkan bisa menghasilkan profit luar biasa.
“Ketahanan pangan masyarakat kota penting dilakukan, agar tidak bergantung pada komoditas yg dihasilkan desa, ” tegas Budi.
Untuk itulah, kata Budi, gerakan Masyarakat Tani Kota ini juga sebagai bagaian dari upaya mengurangi kerusakan lingkungan di desa yg lahan nya terus dieksploitasi, karena memenuhi kebutuhan masyarakat kota.