ERASUMBU, BANDUNG – Di tengah modernisasi dan hiruk-pikuk Kota Bandung, tradisi unik dan legendaris seperti Lomba Kereta Peti Sabun (LKPS) tetap mampu bertahan? Tak hanya bertahan, ajang ini bahkan terus mengukir sejarah baru. Pada edisi ke-11 yang digelar di lintasan Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) pada 14-15 Desember 2024, LKPS kembali menyuguhkan hiburan penuh nostalgia sekaligus inovasi.
Penjabat (Pj.) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, secara resmi membuka ajang ini pada Sabtu (14/12/2024). Dalam sambutannya, Bey mengungkapkan antusiasmenya terhadap LKPS yang mampu menarik ratusan peserta dari berbagai wilayah di Jawa Barat serta ribuan pengunjung. “Iya, tadi sudah berbicara dan Pemkot Bandung akan menjadikannya event tahunan karena mendorong sektor pariwisata,” ujar Bey.
Namun, LKPS bukan sekadar balapan kereta unik yang memacu adrenalin. Acara ini juga menjadi ajang pelestarian budaya dan promosi produk lokal. Selama dua hari, pengunjung dimanjakan dengan pertunjukan seni budaya khas Bandung, mulai dari tarian tradisional hingga musik angklung. Tak ketinggalan, pameran produk UMKM dan ekonomi kreatif turut meramaikan suasana.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Arief Syaifudin, menambahkan, “Acara ini tidak hanya menjadi perlombaan, tetapi juga memperkenalkan makanan tradisional khas Bandung dan karya-karya kreatif masyarakat lokal.”
Pengunjung bisa mencicipi kelezatan kuliner tradisional seperti surabi, colenak, dan lotek, sembari menikmati atmosfer balapan yang penuh semangat. Selain itu, berbagai stand UMKM menawarkan produk kreatif, mulai dari kerajinan tangan hingga fashion khas Bandung.
Potensi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Arief dan Bey sepakat bahwa LKPS memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pariwisata dan ekonomi kreatif Kota Bandung. Dengan lintasan lomba sepanjang 150 meter yang memiliki kontur menurun, LKPS menjadi ajang yang unik karena kendaraan ini sepenuhnya mengandalkan gravitasi tanpa mesin.
“Karena jaraknya pendek, peserta harus memperhitungkan detail seperti roda, bentuknya, dan lainnya,” ungkap Bey. Pemenang lomba ditentukan berdasarkan kecepatan mencapai garis finis, dengan dua kategori perlombaan, yakni kelas serius yang mengutamakan kecepatan dan kelas hiburan yang menonjolkan kreativitas desain.
Arief tak lupa mengajak seluruh pihak, termasuk sponsor, untuk turut mendukung LKPS. Menurutnya, kegiatan ini memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi agenda nasional. “Kegiatan ini memiliki potensi luar biasa untuk mendorong pariwisata dan ekonomi kreatif Kota Bandung. Saya berharap dukungan penuh dari semua pihak,” tambahnya.
Peserta LKPS juga menampilkan kreativitas mereka dalam mendesain kereta. Mulai dari desain sederhana hingga kereta dengan tema unik dan dekorasi mencolok, semuanya menambah daya tarik acara ini. Penonton pun tak hanya disuguhi aksi balapan yang seru, tetapi juga parade kereta kreatif yang memanjakan mata.
“Ini adalah tradisi yang harus terus dijaga dan dikembangkan. Selain sebagai hiburan, LKPS juga mengajarkan nilai kekompakan dan kerja keras,” ujar salah satu peserta yang antusias mengikuti perlombaan tahun ini.
Melihat antusiasme masyarakat dan dukungan dari pemerintah, masa depan LKPS tampak cerah. Tradisi ini bukan hanya tentang nostalgia, tetapi juga tentang bagaimana Bandung mampu menghadirkan inovasi tanpa melupakan akar budaya lokal.
Berawal pada tahun 1975, LKPS telah menjadi ikon balapan yang menggabungkan kreativitas, kekompakan, dan adrenalin. Namun, sejarah panjangnya bahkan lebih tua lagi, dengan lomba ini pertama kali diadakan pada 1950-an. Sempat vakum selama 35 tahun, LKPS kembali digelar pada 2023 oleh Daya Mahasiswa Sunda (Damas). Bey pun berbagi kenangan bahwa ia pernah mengikuti ajang ini pada tahun 1983, ketika kendaraannya masih sangat sederhana dibandingkan dengan desain kreatif masa kini.
Lomba Kereta Peti Sabun bukan hanya sekadar perlombaan; ini adalah bukti bahwa tradisi lokal mampu beradaptasi, bertahan, dan terus berkembang menjadi kebanggaan bersama