ERASUMBU.COM, BANDUNG – Stunting merupakan salah satu tantangan sosial yang masih harus dihadapi bersama, terutama di Jawa Barat. Saat ini, prevalensi stunting di provinsi tersebut berada pada angka 21,7 persen, sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 21,6 persen. Masalah ini menjadi perhatian besar, terutama dalam rangka mencapai visi Indonesia Emas 2045. Generasi muda yang akan menjadi ujung tombak masa depan bangsa tidak boleh terhambat dalam perkembangan fisik dan kognitifnya.
Dalam menanggapi situasi ini, Ketua Tim Peneliti Universitas Pasundan, Idi Subandy Ibrahim, telah melakukan penelitian untuk mengembangkan model representasi berita media yang peka budaya guna mencegah stunting. Penelitian ini dipresentasikan dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Liputan Berita tentang Permasalahan Stunting dalam Perspektif Wartawan Lokal Jawa Barat”. Acara ini diadakan di Aula PWI Jabar, Kota Bandung, pada Rabu, 31 Juli 2024, dan melibatkan berbagai wartawan dari media cetak, elektronik, serta online.
Hasil FGD tersebut menegaskan bahwa peran media massa dan keterbukaan informasi merupakan kunci utama dalam menekan prevalensi stunting di Jawa Barat. Media diharapkan dapat menyebarluaskan informasi yang tidak hanya akurat tetapi juga solutif, serta mendorong transparansi baik dari pemerintah maupun masyarakat. Idi Subandy menekankan pentingnya media untuk mengadopsi jurnalisme solusi, yaitu pendekatan peliputan yang tidak hanya melaporkan masalah tetapi juga menawarkan solusi konkret.
“Masyarakat dan pemerintah perlu lebih terbuka dalam menyediakan informasi yang membantu menyelesaikan masalah. Saya mengusulkan agar wartawan lebih mengembangkan jurnalisme solusi. Artinya, berita yang disajikan harus memberikan solusi atas permasalahan yang ada,” ujar Idi.
Menghapus Stigma Stunting sebagai Aib
Idi juga menyoroti tantangan lain yang perlu dihadapi, yaitu stigma bahwa stunting adalah sesuatu yang memalukan. Baik pemerintah maupun masyarakat sering kali merasa enggan untuk terbuka mengenai prevalensi stunting, hanya menyajikan data secara parsial tanpa penjelasan yang mendalam. Stigma ini membuat banyak orang menganggap stunting sebagai aib, padahal kondisi ini dapat dicegah dan diatasi dengan kerja sama seluruh elemen masyarakat.
Dalam konteks ini, Idi berharap agar wartawan dan industri media bekerja sama untuk meningkatkan literasi masyarakat tentang stunting. Menurutnya, anak-anak adalah masa depan bangsa, dan masalah stunting dapat menjadi beban bagi keluarga serta negara jika tidak segera diatasi.
“Anak-anak adalah harapan bangsa, tempat cita-cita negara digantungkan. Jika mereka terkena stunting, ini akan menjadi beban besar bagi keluarga dan bangsa,” tegasnya.
Selain itu, media massa juga diminta untuk terus memantau setiap program pemerintah terkait penanganan stunting. Hal ini penting agar program tersebut tidak hanya bersifat seremonial atau sekadar pencitraan, tetapi benar-benar memberikan dampak yang nyata dan berkelanjutan.